Daun - angin - pohon

*copas dr berbagai sumber*

"DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau karena POHON

tidak memintanya untuk tinggal?"

POHON

Orang-orang memanggilku "Pohon" karena Aku sangat

baik dalam menggambar pohon. Aku selalu menggunakan gambar pohon pada sisi

kanan sebagai trademark pada semua lukisanku. Aku telah berpacaran sebanyak 5

kali, tapi hanya ada satu wanita yang benar-benar sangat kucintai.

Dia tidak cantik, tidak memiliki tubuh seksi. Tapi, dia

sangat peduli dengan orang lain. Gayanya yang sederhana dan apa adanya,

kemandiriannya, kepandaiannya, dan kekuatannya. Aku menyukainya, sangat!

Satu-satunya alasanku tidak mengajaknya kencan karena, aku

merasa dia sangat biasa dan tidak serasi untukku. Aku takut, jika kami bersama,

semua perasaan yang indah ini akan hilang. Aku takut kalau gosip-gosip yang ada

akan menyakitinya.

Karena itu, aku memilihnya untuk hanya menjadi

"sahabat". Menjadi sahabatnya, aku akan bisa 'memiliki'nya tiada

batasnya. Tidak harus memberikan semuanya hanya untuk dia.

Selama ini dia selalu menemaniku dalam berbagai kesempatan,

sebagai sahabat..

Dia tahu aku mengejar gadis-gadis lain. Ketika dia melihatku

mencium pacarku yang ke-2, dia hanya tersenyum dengan berwajah merah.

"Lanjutkan saja," katanya, setelah itu pergi meninggalkan kami.

Esoknya, matanya bengkak dan merah. Aku sengaja tidak mau

memikirkan apa yang menyebabkannya menangis. Aku pun berusaha membuatnya

tertawa dengan mengajaknya bercanda sepanjang hari.

Kali lainnya, di sebuah sudut ruang dia menangis. Hampir 1

jam kulihat dia menangis. Aku paham betul apa penyebabnya. Pacarku yang ke-4

tidak menyukainya. Mereka berdua perang dingin. Aku tahu bukan sifatnya untuk

memulai perang dingin, tapi Aku masih tetap bersama pacarku. Aku berteriak

padanya dan matanya penuh dengan air mata sedih dan kaget. Aku tidak memikirkan

perasaannya dan pergi meninggalkannya bersama pacarku.

Esoknya dia masih bisa tertawa dan bercanda denganku seperti

tidak ada yang terjadi sebelumnya. Aku tahu dia sangat sedih dan kecewa tapi

dia tidak tahu bahwa sakit hatiku sama buruknya dengan dia. Aku juga sedih.

Ketika aku putus dengan pacarku yang kelima, aku mengajaknya

pergi. Setelah kencan satu hari itu, aku mengatakan bahwa ada sesuatu yang

ingin kukatakan padanya. Dia mengatakan bahwa kebetulan sekali bahwa dia juga

ingin mengatakan sesuatu padaku.

Aku bercerita bahwa aku telah memutuskan hubungan dengan

pacarku. Sementara, dia berkata bahwa dia sedang memulai suatu hubungan dengan

seseorang.

Aku tahu pria itu. Dia sering mengejarnya selama ini. Pria

yang baik, penuh energi dan menarik. Aku tak bisa memperlihatkan betapa sakit

hatiku. Aku hanya tersenyum dan mengucapkan selamat padanya. Ketika sampai di

rumah, sakit hatiku bertambah kuat, dan aku tidak dapat menahannya. Seperti ada

batu yang sangat berat di dadaku. Aku tak bisa bernapas dan ingin berteriak.

Dan, aku menangis!

Handphoneku bergetar, ada SMS masuk.

"DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau karena POHON

tidak memintanya untuk tinggal?"

DAUN

Aku suka mengoleksi daun-daun, karena aku merasa bahwa daun

membutuhkan banyak kekuatan untuk bisa meninggalkan pohon yang selama ini

ditinggali.

Selama ini aku dekat dengan seorang pria, bukan sebagai

pacar tapi "sahabat". Ketika dia mempunyai pacar untuk yang pertama

kalinya, aku mempelajari sebuah perasaan yang belum pernah kurasakan

sebelumnya: cemburu.

Mereka hanya bersama selama 2 bulan. Ketika mereka putus,

aku menyembunyikan perasaan yang luar biasa gembiranya. Aku menyukainya dan aku

juga tahu bahwa dia juga menyukaiku, tapi mengapa dia tidak pernah

mengatakannya?Jika dia mencintaiku, mengapa dia tidak memulainya dahulu untuk

melangkah?

Waktu terus berjalan, hatiku semakin sedih dan kecewa. Aku

mulai mengira bahwa ini adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan. Tapi,

mengapa dia memperlakukanku lebih dari sekadar seorang teman?

Menyukai seseorang sangat menyusahkan hati. Aku tahu

kesukaannya, kebiasaannya, tapi perasaannya kepadaku tidak pernah bisa

kupahami.

Kadang aku merasa bodoh, karena aku juga berkeras tidak mau

mengungkapkan perasaanku. Selain alasan itu, aku mau tetap di sampingnya,

memberinya perhatian, menemani, dan mencintainya. Berharap suatu hari nanti dia

akan datang dan mencintaiku.

Seorang pria mengejarku. Setiap hari dia mengejarku tanpa

lelah. Segala daya upaya telah dilakukan walau seringkali ada penolakan dariku.

Aku mulai berpikir, mungkinkah aku bisa memberikan sebuah ruang kecil di hatiku

untuknya?

Dia seperti angin yang hangat dan lembut, mencoba meniup

daun untuk terbang dari pohon. Aku tahu Angin akan membawa pergi Daun yang

lusuh jauh dan ke tempat yang lebih baik. Meski berat, akhirnya aku

meninggalkan Pohon. Tapi Pohon hanya tersenyum dan tidak memintaku untuk

tinggal. Aku sangat sedih memandangnya tersenyum ke arahku.

ANGIN

Aku menyukai seorang gadis bernama Daun. Tapi, dia sangat

bergantung pada Pohon sehingga aku harus menjadi 'Angin' yang kuat agar bisa

meniupnya hingga terbang jauh dari pohon.

Aku selalu memperhatikan Daun duduk sendirian atau bersama

teman-temannya, memerhatikan Pohon. Ketika Pohon berbicara dengan gadis-gadis,

ada cemburu di matanya. Ketika Pohon melihat ke arah Daun, ada senyum di

matanya.Memperhatikannya menjadi kebiasaanku, seperti Daun yang suka melihat

Pohon. Satu hari saja tak kulihat dia, aku merasa sangat kehilangan.

Aku melangkah dan tersenyum padanya. Kuambil secarik kertas,

kutulisi dan kuberikan padanya. Dia sangat kaget. Dia melihat ke arahku,

tersenyum dan menerima kertas dariku. Esoknya, dia datang menghampiriku dan

memberikan kembali kertas itu. Hati Daun sangat kuat dan Angin tidak bisa

meniupnya pergi. Daun tidak mau meninggalkan Pohon.

Aku kembali menghampirinya dengan kata-kata yang sama. Meski

sangat pelan, akhirnya dia mulai membuka dirinya dan menerima kehadiranku. Aku

tahu orang yang dia cintai bukan aku, tapi aku akan berusaha agar suatu hari

dia menyukaiku. Aku telah mengucapkan kata Cinta tidak kurang dari 20 kali

kepadanya. Hampir setiap kali dia mengalihkan pembicaraan, tapi aku tidak

menyerah. Keputusanku bulat, aku ingin memilikinya.

Suatu hari, dia bilang bahwa dia memberikan kesempatan

untukku. Kuletakkan telpon, melompat, berlari seribu langkah ke rumahnya. Dia

membuka pintu bagiku. Kupeluk erat-erat tubuhnya. Akhirnya ak bisa membuat daun

meninggalkan pohon dan berjanji akan membawanya terbang melihat dunia


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Komentar

Postingan Populer